KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karuniaNya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tidak lupa ucapan
terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk menambah
wawasan pembaca mengenai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Selain itu makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Masyarakat Indonesia Baru
yang di berikan oleh dosen.
Kami menyadari dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingga kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi perbaikan makalah ini.
Selanjutnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Amien .
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB
I : ISI………………………………………………………………………..
A. Upaya
Persiapan Kemerdekaan Indonesia……………………………………………….
B.
Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia……………………………………………………..
C. Penyebaran
Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia...................................................
D. Proses
Pembentukan Negara Pemerintahan Beserta Kelengkapannya…………………..
BAB
II : Kesimpulan……………………………………………………………….
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………
BAB I
ISI
A.
Upaya
Persiapan Kemerdekaan Indonesia
1.
Kekosongan
Kekuasaan
Jepang terjun sebagai Negara
imperialis mengikuti jejak bangsa – bangsa barat. Keberhasilan pasukan jepang
menghancurkan pangkalan angkatan laut amerika serikat di pearl harbor, Hawaii
menyebabkan ruang gerak pasukan jepang bertambah leluasa. Gerakan pasukan jepang
mengkhawatirkan kedudukan bangsa – bangsa eropa dikawasan asia tenggara dan
pasifik.
Dalam upaya menghadapi gerakan
bangsa jepang, Negara – Negara barat membentuk suatau pasukan gabungan yang
dikenal dengan sebutan front ABCD ( amerika serikat,british/inggris,
china, dutch/belanda ). Namun, kedudukan ABCD ( amerika serikat,
british/inggris, china, dutc/belanda ) berhasil didesak oleh pasukan jepang.
Pasukan jepang terus berupaya untuk menghancurkan wilayah pertahanan dari front
ABCD. Namun, pada pertempuran yang terjadi dilaut karang tanggal 7 Mei
1945 pasukan jepang mengalami kekalahan yang luar biasa dari
pasukan gabungan front ABCD tersebut.
Sejak kekalahan dalam pertempuran
dilaut karang itu, posisi pasukan jepang di asia pasifik juga semakin terdesak.
Dalam setiap pertempuran menghadapi pasukan gabungan itu, pasukan jepang
mengalami kekalahan. Pasukan amerika serikat melakukan serangan kepusat – pusat
industri milik jepang yaitu hirosima dan Nagasaki. Pada tanggal 6 agustus 1945
giliran kota hirosima dijatuhi bom atom oleh amerika serikat dan tanggal 9
agustus 1945 kota Nagasaki.
Hancurnya kedua kota andalan jepang
itu membuat jepang tidak berdaya dan kemudian menyerah tanpa syarat kepada
pasukan sekutu pada tanggal 14 agustus 1945. Menyerahnya pasukan jepang kepada
pasukan sekutu mengakibatkan terjadinya kekosongan kekuasaan diwilayah
Indonesia, karena pasukan sekutu yang ditugaskan untuk menerima kekuasaan atas
wilayah Indonesia dari tangan jepang belum tiba di Indonesia. Sementara itu,
pemerintah pendudukan jepang diwilayah Indonesia sudah tidak menjalankan
tugasnya lagi sebagai penguasa wilayah Indonesia, sejak tanggal 14 agustus
1945.
Keadaan ini merupakan peluang yang
sangat baik bagi bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya. Para pemuda
yang telah mendengar berita tentang kekalahan pasukan jepang dari pasukan
sekutu merasa kebingungan, karena para pemimpin bangsa Indonesia yang
sangat diharapkan seperti bung karno dan bung hatta sednag berada di Saigon (
Vietnam ) untuk memenuhi panggilan panglima pasukan jepang untuk wilayah asia
tenggara yaitu marsekal terauchi. Mereka baru kembali ke Indonesia pada tanggal
15 agustus 1945 dan menemukan Indonesia tanpa memiliki pemerintahan.
2.
Kegiatan
Pemuda Pejuang di Jakarta
Peran para pemuda merupakan suatu
kekuatan yang diandalkan uuntuk mendukung tercapainya kemerdekaan bangsa
Indonesia. Mereka terlibat dalam pembentukan organisasi semimiliter dan
militer. Organisasi ini termasuk organisasi yang resmi karena dilakukan atas
perintah dari pemerintah pendudukan jepang. Namun, ada juga sebagian dari
kalangan pemuda bergerak pada organisasi – organisasi bawah tanah atau
organisasi – organisasi illegal.
Pada masa pendudukan jepang,
berbagai organisasi bentukan jepang diantaranya seinendan, keibodan, fujinkai,
dan gokutotai. Organisasi itu tidak mampu bergerak keluar dari batas – batas
objek propaganda pemerintah jepang. Namun, keadaan seperti ini tidak
berlangsung lama karena pada pertengahan tahun 1944 atas inisiatif pemerintah
pendudukan jepang berdiri sebuah organisasi untuk para pemuda yang bernama
angkatan muda Indonesia ( AMI ). Dalam perkembangan berikutnya, organisasi AMI
itu merupakan sebuah organisasi yang sangat anti kepada pemerintah penjajahan
jepang.
Ketika AMI menyelenggarakan kongres
pemuda, banyak hadir utusan – utusan dari berbagai kalangan organisasi pemuda.
Mereka mewakili organisasi – organisasi pemuda, pelajar, mahasiswa dari seluruh
jawa. Tokoh – tokoh pemuda yang hadir diantaranya jamal ali, chaerul saleh
anwar tjokroaminoto serta sejumlah mahasiswa kedokteran ( ika daigoku) Jakarta.
Mereka sepakat bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia bukanlah hadiah dari
pemerintah jepang, melainkan merupakan usaha dan perjuangan dari seluruh rakyat
Indonesia. Dalam kongres AMI tersebut terpancar dengan jelas jiwa –jiwa
militant dan semangat nasionalisme yang tinggi dari kalangan pemuda untuk
memperjuangkan tercapainya Indonesia merdeka.
Pada kongres AMI dinyanyikan lagu
Indonesia raya yang diikuti dengan pengibaran bendera merah putih. Lagu
kebnagsaan jepang, kimigayo, tidak mereka nyanyikan dan bendera jepang,
himonaru, pun tidak dikibarkan. Pada kongres itu juga muncul pendapat tentang
perlunya adanya persatuan para pemuda dibawah pimpinan serta mengusulkan untuk
mempercepat proses dan pelaksanaan kemerdekaan Indonesia.
Sementara itu, terdapat kelompok
pemuda yang merasa tidak puas terhadap penyelenggaraan kongres AMI, karena
kongres itu masih berada dibawah dan lindungan dan kerja sama dengan pemerintah
jepang. Diantara kalangan pemuda yang merasa tidak puas itu berasal dari
kelompok pemuda sukarni, anwar tjokroaminoto, dan chaerul saleh. Kelompok
pemuda itu mengancam akan mengadakan kongres lain yang lebih radikal dan
terbebas dari segala bentuk pengaruh pemerintah jepang.
Pada tanggal 15 juni 1945,
sekelompok kalangan pemuda mendirikan sebuah organisasi pergerakan yang diberi
nama gerakan angkatan baru Indonesia. Organisasi itu berpusat dimarkas pemuda
menteng 3 1 jakarta. Ketua organisasinya adalah B.M Diah dengan anggotanya
Supeno, Asmara Hadi, P. Gultom.
Untuk mempercepat terciptanya
kemerdekaan,muncul kelompok pemuda yang radikal. Kelompok radikal itu tergabung
dalam organisasi pemuda gerakan rakyat baru, sebagai hasil siding ke-8 Chuo
Sangi In. ketika terjadi perang pasifik, jepang menggabungkan organisasi
kepemudaan untuk memperoleh dukungan dari kalangan pemuda. Jepang
berharap agar pemuda memberikan bantuan kepada jepang untuk memenangkan
peperangan. Penggabungan itu menjadi pemicu keluarnya kelompok pemuda radikal
dari organisasi pemuda. Sejak saat itu muncul perselisihan yang kian tajam
antara golongan tua denag golomgan muda, khususnya untuk merealisasikan Negara
merdeka. Kelompok pemuda yng ingin mempercepat tercapainya proklamasi Indonesia
diantaranya kelompok sukarni, kelompok pelajar dan mahasiswa, kelompok syahrir,
kelompok angkatan laut ( kaigun ).
Kelompok sukarni ingin membentuk
aksi massa dan menjalin hubungan kerjasama dengan organisasi illegal seperti
kelompok pelajar dan mahasiswa yang berpusat dijalan prapatan 10 dan jalan
cikina 17 yang dipimpin oleh johan nur. Kelompok itu berhasil menyatukan
prlajar dan mahasiswa dalam suatu gerakan untuk menumbuhkan semangat perjuangan
dalam upaya meraih kemerdekaan. Kelompok itu juga menyelenggarakan
rapat – rapat besar yang dihadiri oleh pelajar dan mahasiswa
seluruh Jakarta. Kelompok sukarni juga bekerjasama dengan kelompok
syahrir dalam masalah perkembanagn politik luar negri yang berkaitan dengan
proses kekalahan jepang. Setelah mendengar berita kekalahan jepang dari pasukan
sekutu melalui siaran radio BBC ( british broadcasting corporation/ siaran
radio inggris ), kelompok syahrir langsung menghadap Soekarno – Hatta. Mereka
menuntut agar Soekarno –Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
secepat mungkin.
Kelompok Kaigun dengan tokohnya Mr.
Ahmad Subardjo dan Sudiro berpusat di Jalan Bungur Besar, Jakarta. Mereka
mendirikan asrama pemuda angkatan laut untuk mendidik para pemuda menjadi
tenaga penggerak proklamasi. Tokoh – tokoh yang memberikan pelajarn diasrama itu
antara lain Soekarno, Hatta, Iwa Kusumasumantri, dan guru- guru dari kalangan
Kaigun. Disamping itu masih terdapat asrama pemuda dan pelajar seperti asrama
di Kramat 45, Kebon Sirih 80, dan Pegangsaan Timur 17.
3.Perbedaan pendapat diantara
Kelompok Pejuang
Sementara itu, pada tanggal 15
agustus 1945, Soekarno dan Moh. Hata baru kembali ke tanah air setelah memenuhi
panggilan panglima mandala asia tenggara , Marsekal Terauchi yang berkedudukan
di Saigon, Vietnam. Para pemuda yang tergabung dalam Angkatan Baru segera
mengadakan pertemuan setelah mendengar berita kekalahan Jepang. Pada
tanggal 15 Agustus 1945 pukul 08.00 malam. Para pemuda berkumpul diruang
belakang laboratorium bakteriologi, jalan pegangsaan timur no 13 jakarta
dibawah pimpinan Chaerul Saleh. Para pemuda bersepakat bahwa kemerdekaan
Indonesia merupakan hak dan masalah rakyat Indonesia yang tidak bergantung pada
bangsa atau Negara lain.
Dengan segala macam bukti dan
logika, bung Karno menolak pandangan golongan para pemuda. Golongan tua berpendapat
bahwa kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan melalui revolusi yang
terorganisasi. Golongan tua cenderung ingin membicarakan proklamasi kemerdekaan
Indonesia yang ditentukan tanggal 18 Agustus 1945 dalam rapat PPKI ( Panitia
Persiapan kemerdekaan Indonesia ). Sebaliknya, Drs. Moh Hatta dan Mr. akhmad
Subardjo berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia , baik datangnya dari
pemerintah Jepang maupun hasil perjuangn bangsa Indonesia sendiri, tidak perlu
dipersoalkan karena mereka berpandangan bahwa Jepang sudah kalah dalam Perang
Pasifik. Menurut keduanya, yang perlu dihadapi adalah pasukan sekutu yang
berusaha untuk mengembalikan kekuasaan Belanda atas wilayah Indonesia. Pendapat
itu tidak mendapat tanggapan dari golongan pemuda, dan mereka tetap pada prinsipnya
semula sehingga terjadilah perbedaan pendapat mengenai masalah kemerdekaan
antara golongan tua dan golongan muda.
4.
Peristiwa
Rengasdengklok
Kekalahan Jepang dalam Perang
Pasifik semakin jelas dengan dijatuhkannya bom atom oleh Sekutu di kota Hiroshima
pada tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Akibat
peristiwa tersebut, kekuatan Jepang makin lemah. Kepastian berita kekalahan
Jepang terjawab ketika tanggal 15 Agustus 1945 dini hari, Sekutu mengumumkan
bahwa Jepang sudah menyerah tanpa syarat dan perang telah berakhir. Berita
tersebut diterima melalui siaran radio di Jakarta oleh para pemuda yang
termasuk orang-orang Menteng Raya 31 seperti Chaerul Saleh, Abubakar Lubis,
Wikana, dan lainnya. Penyerahan Jepang kepada Sekutu menghadapkan para pemimpin
Indonesia pada masalah yang cukup berat. Indonesia mengalami kekosongan
kekuasaan (vacuum of power). Jepang masih tetap berkuasa atas Indonesia
meskipun telah menyerah, sementara pasukan Sekutu yang akan menggantikan mereka
belum datang. Gunseikan telah mendapat perintah-perintah khusus agar
mempertahankan status quo sampai kedatangan pasukan Sekutu. Adanya kekosongan
kekuasaan menyebabkan munculnya konflik antara golongan muda dan golongan tua
mengenai masalah kemerdekaan Indonesia. Golongan muda menginginkan agar
proklamasi kemerdekaan segera dikumandangkan. Mereka itu antara lain Sukarni,
B.M Diah, Yusuf Kunto, Wikana, Sayuti Melik, Adam Malik, dan Chaerul Saleh.
Sedangkan golongan tua menginginkan proklamasi kemerdekaan harus dirapatkan
dulu dengan anggota PPKI. Mereka adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr.
Ahmad Subardjo, Mr. Moh. Yamin, Dr. Buntaran, Dr. Syamsi dan Mr. Iwa
Kusumasumantri. Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan
Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945
pukul 20.00 WIB. Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul Saleh yang menghasilkan
keputusan tuntutan-tuntutan golongan muda yang menegaskan bahwa kemerdekaan
Indonesia adalah hal dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat
digantungkan kepada bangsa lain. Segala ikatan, hubungan dan janji kemerdekaan
harus diputus, dan sebaliknya perlu mengadakan perundingan dengan Ir. Soekarno
dan Mohammad Hatta agar kelompok pemuda diikutsertakan dalam menyatakan proklamasi.
Langkah selanjutnya malam itu juga
sekitar jam 22.00 WIB Wikana dan Darwis mewakili kelompok muda mendesak
Soekarno agar bersedia melaksanakan proklamasi kemerdekaan Indonesia secepatnya
lepas dari Jepang. Ternyata usaha tersebut gagal. Soekarno tetap tidak mau
memproklamasikan kemerdekaan. Kuatnya pendirian Ir. Soekarno untuk tidak
memproklamasikan kemerdekaan sebelum rapat PPKI menyebabkan golongan muda
berpikir bahwa golongan tua mendapat pengaruh dari Jepang. Selanjutnya golongan
muda mengadakan rapat di Jalan Cikini 71 Jakarta pada pukul 24.00 WIB menjelang
tanggal 16 Agustus 1945. Mereka membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok.
Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
harus diamankan dari pengaruh Jepang. Tujuan para pemuda mengamankan Soekarno
Hatta ke Rengasdengklok antara lain: agar kedua tokoh tersebut tidak
terpengaruh Jepang, dan mendesak keduanya supaya segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia Mereka telah dibawa oleh para pemimpin pemuda, di
antaranya Sukarni, Yusuf Kunto, dan Syudanco Singgih, pada
terlepas dari segala
ikatan dengan Jepang.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 pagi, Soekarno dan Hatta tidak dapat ditemukan di Jakarta. Malam harinya ke garnisun PETA (Pembela Tanah Air) di Rengasdengklok, sebuah kota kecil yang terletak sebelah Utara Karawang. Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota PETA Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak keduanya melakukan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil, sehingga dapat dilakukan deteksi dengan mudah setiap gerakan tentara Jepang yang menuju Rengasdengklok, baik dari arah Jakarta, Bandung, atau Jawa Tengah. Mr. Ahmad Subardjo, seorang tokoh golongan tua merasa prihatin atas kondisi bangsanya dan terpanggil untuk mengusahakan agar proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan secepat mungkin. Untuk tercapainya maksud tersebut, Soekarno Hatta harus segera dibawa
Pada tanggal 16 Agustus 1945 pagi, Soekarno dan Hatta tidak dapat ditemukan di Jakarta. Malam harinya ke garnisun PETA (Pembela Tanah Air) di Rengasdengklok, sebuah kota kecil yang terletak sebelah Utara Karawang. Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota PETA Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak keduanya melakukan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil, sehingga dapat dilakukan deteksi dengan mudah setiap gerakan tentara Jepang yang menuju Rengasdengklok, baik dari arah Jakarta, Bandung, atau Jawa Tengah. Mr. Ahmad Subardjo, seorang tokoh golongan tua merasa prihatin atas kondisi bangsanya dan terpanggil untuk mengusahakan agar proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan secepat mungkin. Untuk tercapainya maksud tersebut, Soekarno Hatta harus segera dibawa
Akhirnya Ahmad Subardjo, Sudiro, dan
Yusuf Kunto segera menuju Rengasdengklok. Rombongan tersebut tiba di
Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Peranan Ahmad Subardjo sangat penting dalam
peristiwa kembalinya Soekarno Hatta ke Jakarta, sebab mampu meyakinkan para
pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan keesokan harinya paling
lambat pukul 12.00 WIB, nyawanya sebagai jaminan. Akhirnya Subeno sebagai
komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan Soekarno Hatta ke Jakarta.
B.
Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
Sekitar pukul 21.00 WIB Soekarno
Hatta sudah sampai di Jakarta dan langsung menuju ke rumah Laksamana Muda
Maeda, Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta untuk menyusun teks proklamasi. Dalam
kondisi demikian, peran Laksamana Maeda cukup penting. Pada saat-saat yang
genting, Maeda menunjukkan kebesaran moralnya, bahwa kemerdekaan merupakan
aspirasi alamiah dan hak dari setiap bangsa, termasuk bangsa Indonesia. Berikut
ini tokoh-tokoh yang terlibat secara langsung dalam perumusan teks proklamasi.
Setelah rumusan teks proklamasi
selesai dirumuskan muncul permasalahan, siapa yang akan menandatangani teks
proklamasi? Soekarno mengusulkan agar semua yang hadir dalam rapat tersebut
menandatangani naskah proklamasi sebagai” Wakilwakil Bangsa Indonesia”. Usulan
Soekarno tidak disetujui para pemuda sebab sebagian besar yang hadir adalah
anggota PPKI, dan PPKI dianggap sebagai badan bentukan Jepang. Kemudian Sukarni
menyarankan agar Soekarno Hatta yang menandatangani teks proklamasi atas nama
bangsa Indonesia. Saran dan usulan Sukarni diterima.
Langkah selanjutnya, Soekarno minta
kepada Sayuti Melik untuk mengetik konsep teks proklamasi dengan beberapa
perubahan, kemudian ditandatangani oleh Soekarno Hatta.Perubahan-perubahan
tersebutmeliputi:
a.
kata “
tempoh” diubah menjadi tempo,
b.
wakil-wakil
bangsa Indonesia diubah menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”, dan
c.
tulisan
“Djakarta, 17-8-’05“ diubah menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahun ‘05.
Naskah hasil ketikan Sayuti Melik
merupakan naskah proklamasi yang autentik. Malam itu juga diputuskan bahwa
naskah proklamasi akan dibacakan pukul 10.00 pagi di Lapangan Ikada, Gambir.
Tetapi karena ada kemungkinan timbul bentrokan dengan pasukan Jepang yang terus
berpatroli, akhirnya diubah di kediaman Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta. Sejak pagi hari tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Ir. Soekarno Jalan
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta telah diadakan berbagai persiapan untuk
menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Kurang lebih pukul 09.55 WIB, Drs.
Mohammad Hatta telah datang dan langsung menemui Ir. Soekarno. Sebelum
proklamasi kemerdekaan dibacakan, pukul 10.00 WIB Soekarno menyampaikan
pidatonya.
Demikianlah teks proklamasi
kemerdekaan telah dibacakan oleh Ir. Soekarno. Susunan acara yang direncanakan
dalam pembacaan teks proklamasi kemerdekaan yaitu:
a.
pembacaan
proklamasi oleh Ir. Soekarno,
b.
pengibaran
bendera Merah Putih oleh Suhud dan Latief Hendraningrat, dan
c.
sambutan
Walikota Suwirjo dan dr. Muwardi.
Setelah dibacakan teks proklamasi,
maka telah lahir Republik Indonesia. Suatu peristiwa yang bersejarah bagi
bangsa Indonesia telah terjadi. Peristiwa yang sangat lama dinantikan oleh
segenap lapisan masyarakat, tetapi membutuhkan pengorbanan yang tidak ternilai
harganya. Untuk mengenang jasajasa Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta dalam
peristiwa proklamasi, maka keduanya diberi gelar Pahlawan Proklamasi
(Proklamator). Selain itu Jalan Pegangsaan Timur diubah namanya menjadi Jalan
Proklamasi, dan dibangun Monumen Proklamasi.
Setelah berabad-abad bangsa
Indonesia memperjuangkan kemerdekaan dan dilandasi oleh semangat kebangsaan,
dan telah mengorbankan nyawa maupun harta yang tidak terhitung jumlahnya, maka
peristiwa Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 merupakan titik puncak
perjuangan tersebut. Proklamasi kemerdekaan merupakan peristiwa yang sangat
penting dan memiliki makna yang sangat mendalam bagi bangsa Indonesia.
Berikut ini makna dan arti penting
proklamasi kemerdekaan Indonesia
1)
Apabila
dilihat dari sudut hukum, proklamasi merupakan pernyataan yang berisi keputusan
bangsa Indonesia untuk menetapkan tatanan hukum nasional (Indonesia) dan
menghapuskan tatanan hukum kolonial.
2)
Apabila
dilihat dari sudut politik ideologis, proklamasi merupakan pernyataan bangsa
Indonesia yang lepas dari penjajahan dan membentuk Negara Republik Indonesia
yang bebas, merdeka, dan berdaulat penuh.
3)
Proklamasi
merupakan puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
4)
Proklamasi
menjadi alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh
dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk
menggenggam seluruh hak kemerdekaan.
5)
Proklamasi
merupakan mercusuar yang menunjukkan jalannya sejarah, pemberi inspirasi, dan
motivasi dalam perjalanan bangsa Indonesia di semua lapangan di setiap keadaan.
Dengan proklamasi kemerdekaan
tersebut, maka bangsa Indonesia telah lahir sebagai bangsa dan negara yang
merdeka, baik secara de facto maupun secara de jure.
C.
Penyebarluasan
Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Wilayah Indonesia sangatlah luas.
Komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 masih sangat terbatas. Di
samping itu, hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oleh
pasukan Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah faktor yang menyebabkan berita
proklamasi mengalami keterlambatan di sejumlah daerah, terutama di luar Jawa.
Namun dengan penuh tekad dan semangat berjuang, pada akhirnya peristiwa
proklamasi diketahui oleh segenap rakyat Indonesia. Lebih jelasnya ikuti
pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di
daerah Jakarta dapat dilakukan secara cepat dan segera menyebar secara luas.
Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio
dari Kantor Domei, Waidan B. Palenewen. Ia menerima teks proklamasi dari
seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian ia memerintahkan F.
Wuz (seorang markonis), supaya berita proklamasi disiarkan tiga kali
berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah orang
Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, sebab mengetahui berita proklamasi
telah tersiar ke luar melalui udara.
Meskipun orang Jepang tersebut
memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, tetapi Waidan Palenewen
tetap meminta F. Wuz untuk terus menyiarkan. Berita proklamasi kemerdekaan
diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti. Akibat
dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk
meralat berita dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945
pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para pegawainya dilarang masuk.
Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para pemuda bersama Jusuf
Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata membuat
pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di antaranya Sukarman, Sutamto,
Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng
31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah selanjutnya berita proklamasi
kemerdekaan disiarkan.
Usaha dan perjuangan para pemuda
dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan melalui media pers dan
surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20
Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran
pertama yang memuat berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang
melalui media pers antara lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang.
Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada rakyat Indonesia melalui
pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan gerbong
kereta api, misalnya dengan slogan ”Respect our Constitution, August 17!”
Hormatilah Konstitusi kami tanggal 17 Agustus! Melalui berbagai cara dan media
tersebut, akhirnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas
di wilayah Indonesia dan di luar negeri. Di samping melalui media massa, berita
proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan daerah yang
menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang ikut menyebarkan
berita proklamasi.
1.
Teuku
Mohammad Hassan dari Aceh.
2.
Sam
Ratulangi dari Sulawesi.
3.
Ktut
Pudja dari Sunda Kecil (Bali).
4.
A. A.
Hamidan dari Kalimantan.
D.
Proses
Pembentukan Negara Pemerintahan Beserta Kelengkapannya
Negara RI yang dilahirkan pada
tanggal 17 Agustus 1945 pada kenyataannya belum sempurna sebagai suatu negara.
Oleh karena itu langkah yang diambil oleh para pemimpin negara melalui PPKI
adalah menyusun konstitusi negara dan membentuk alat kelengkapan negara. Untuk
itu PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945,
19 Agustus 1945, dan 22 Agustus 1945. Sebelum rapat dimulai, muncul
permasalahan yang disampaikan oleh wakil dari luar Jawa, di antaranya Mr.
Latuharhary (Maluku), Dr. Sam Ratulangi (Sulawesi), Mr. Tadjudin Noor dan Ir.
Pangeran Noor (Kalimantan), dan Mr. I Ktut Pudja (Nusa Tenggara) yang
menyampaikan keresahan penduduk non-Islam mengenai kalimat dalam Piagam Jakarta
yang nantinya akan dijadikan rancangan pembukaan dan Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Kalimat yang dimaksud adalah “Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariah Islam bagi para pemeluknya”, serta “syarat seorang kepala
negara haruslah seorang muslim”. Untuk mengatasi masalah tersebut Drs.
Mohammad Hatta beserta Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim, Mr. Kasman
Singadimedjo, dan Mr. Teuku Mohammad Hassan membicarakannya secara khusus.
Akhirnya dengan mempertimbangkan kepentingan yang lebih luas dan menegakkan
Negara Republik Indonesia yang baru saja didirikan, rumusan kalimat yang
dirasakan memberatkan oleh kelompok non-Islam dihapus sehingga menjadi berbunyi
“ Ketuhanan Yang Maha Esa” dan syarat seorang kepala negara adalah orang
Indonesia asli. Untuk memahami hasil sidang secara lengkap, maka perhatikan
tabel 11.2 berikut.
1 . Pembentukan Komite Nasional
Sebagai tindak lanjut dari sidang
PPKI tanggal 22 Agustus 1945 maka dibentuklah Komite Nasional Indonesia (KNI).
Komite Nasional Indonesia adalah badan yang akan berfungsi sebagai Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) sebelum diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu). KNIP
diketuai oleh Mr. Kasman Singodimejo. Anggota KNIP dilantik pada tanggal 29
Agustus 1945. Tugas pertama KNIP adalah membantu tugas kepresidenan. Namun,
kemudian diperluas tidak hanya sebagai penasihat presiden, tetapi juga
mempunyai kewenangan legislatif. Wewenang KNIP sebagai DPR ditetapkan dalam
rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945. Dalam rapat tersebut, wakil presiden Drs.
Moh. Hatta mengeluarkan Maklumat Pemerintah RI No. X yang isinya meliputi
hal-hal berikut.
a. KNIP sebelum DPR/MPR terbentuk diserahi kekuasaan
legislatif untuk membuat undang-undang dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN).
b. Berhubung gentingnya keadaan, maka pekerjaan
sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja KNIP yang diketuai oleh
Sutan Syahrir. Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat sampai
daerah. Pada tingkat pusat disebut Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan
pada tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite
Nasional Indonesia.
Pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI
bersidang untuk yang ketiga kalinya dan menghasilkan keputusan antara lain
pembentukan Partai Nasional Indonesia, yang pada waktu itu dimaksudkan sebagai
satu-satunya partai politik di Indonesia (partai tunggal). Dalam perkembangannya
muncul Maklumat tanggal 31 Agustus 1945 yang memutuskan bahwa gerakan dan
persiapan Partai Nasional Indonesia ditunda dan segala kegiatan dicurahkan ke
dalam Komite Nasional. Sejak saat itu, gagasan satu partai tidak pernah
dihidupkan lagi. Demi kelangsungan kehidupan demokrasi, maka KNIP mengajukan
usul kepada pemerintah agar rakyat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
mendirikan partai politik. Sebagai tanggapan atas usul tersebut, maka pada
tanggal 3 November 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat pemerintah yang pada
intinya berisi memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mendirikan partai
politik. Maklumat itu kemudian dikenal dengan Maklumat Pemerintah tanggal 3
November 1945. Partai politik yang muncul setelah Maklumat Pemerintah tanggal 3
November 1945 dikeluarkan antara lain Masyumi, Partai Komunis Indonesia, Partai
Buruh Indonesia, Parkindo, Partai Rakyat Jelata, Partai Sosialis Indonesia,
Partai Rakyat Sosialis, Partai Katolik, Permai, dan PNI.
3 . Pembentukan Badan Keamanan Rakyat
Badan Keamanan Rakyat (BKR)
ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP),
yang merupakan induk organisasi yang ditujukan untuk memelihara keselamatan
masyarakat. BKR tugasnya sebagai penjaga keamanan umum di daerah-daerah di
bawah koordinasi KNI Daerah. Para pemuda bekas anggota Peta, KNIL, dan Heiho
segera membentuk BKR di daerah sebagai wadah perjuangannya. Khusus di Jakarta
dibentuk BKR Pusat untuk mengoordinasi dan mengendalikan BKR di bawah pimpinan
Kaprawi. Sementara BKR Jawa Timur dipimpin Drg. Moestopo, BKR Jawa Tengah
dipimpin Soedirman, dan BKR Jawa Barat dipimpin Arudji Kartawinata. Pemerintah
belum membentuk tentara yang bersifat nasional karena pertimbangan politik,
mengingat pembentukan tentara yang bersifat nasional akan mengundang sikap
permusuhan dari Sekutu dan Jepang. Menurut perhitungan, kekuatan nasional belum
mampu menghadapi gabungan Sekutu dan Jepang. Sementara itu para pemuda yang
kurang setuju pembentukan BKR dan menghendaki pembentukan tentara nasional,
membentuk badan-badan perjuangan atau laskar bersenjata. Badan perjuangan
tersebut misalnya Angkatan Pemuda Indonesia (API), Pemuda Republik Indonesia
(PRI), Barisan Pemuda Indonesia (BPI), dan lainnya. Selain itu para pemuda yang
dipelopori oleh Adam Malik membentuk Komite van Actie.
Pada tanggal 5 Oktober 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah yang menyatakan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sebagai pimpinan TKR ditunjuk Supriyadi. Berdasarkan maklumat pemerintah tersebut, maka segera dibentuk Markas Tertinggi TKR oleh Oerip Soemohardjo yang berkedudukan di Yogyakarta. Di Pulau Jawa terbentuk 10 Divisi dan di Sumatra 6 Divisi. Berkembangnya kekuatan pertahanan dan keamanan yang begitu cepat memerlukan satu pimpinan yang kuat dan berwibawa untuk mengatasi segala persoalan akibat perkembangan tersebut. Supriyadi yang ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi TKR ternyata tidak pernah muncul. Pada bulan
Pada tanggal 5 Oktober 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah yang menyatakan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sebagai pimpinan TKR ditunjuk Supriyadi. Berdasarkan maklumat pemerintah tersebut, maka segera dibentuk Markas Tertinggi TKR oleh Oerip Soemohardjo yang berkedudukan di Yogyakarta. Di Pulau Jawa terbentuk 10 Divisi dan di Sumatra 6 Divisi. Berkembangnya kekuatan pertahanan dan keamanan yang begitu cepat memerlukan satu pimpinan yang kuat dan berwibawa untuk mengatasi segala persoalan akibat perkembangan tersebut. Supriyadi yang ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi TKR ternyata tidak pernah muncul. Pada bulan
November 1945 atas prakarsa dari
markas tertinggi TKR diadakan pemilihan pemimpin tertinggi TKR yang baru. Yang
terpilih adalah Kolonel Soedirman, Komandan Divisi V/Banyumas. Sebulan kemudian
pada tanggal 18 Desember 1945, Soedirman dilantik sebagai Panglima Besar TKR
dengan pangkat jenderal.
Oerip Soemohardjo tetap menduduki
jabatan lamanya sebagai Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letnan Jenderal
(Letjen). Terpilihnya Soedirman merupakan titik tolak perkembangan organisasi
kekuatan pertahanan keamanan. Pada bulan Januari 1946, TKR berubah menjadi
Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Pada bulan Juni 1947 nama TRI berubah menjadi
Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sampai dengan pertengahan 1947, bangsa
Indonesia telah berhasil menyusun, mengonsolidasikan dan sekaligus
mengintegrasikan alat pertahanan dan keamanan. TNI bukanlah semata-mata alat
negara atau pemerintah, melainkan alat rakyat, alat “revolusi” dan alat bangsa
Indonesia.
Kemerdekaan yang diproklamasikan
tanggal 17 Agustus 1945 ternyata mendapat sambutan yang luar biasa di berbagai
daerah, baik di Jawa maupun luar Jawa. Berikut ini dukungan terhadap
pembentukan Negara Republik Indonesia.
1.
Di Sulawesi
Selatan, Raja Bone (Arumpone) La Mappanjuki, yang masih tetap ingat akan
pertempuran-pertempuran melawan Belanda pada awal abad XX, menyatakan
dukungannya terhadap Negara Kesatuan dan Pemerintahan Republik Indonesia.
Mayoritas raja-raja suku Makasar dan Bugis mengikuti jejak Raja Bone mengakui
kekuasaan Dr. Sam Ratulangie yang ditunjuk pemerintah sebagai Gubernur Republik
di Sulawesi.
2.
Raja-raja
Bali juga mengakui kekuasaan Republik.
3.
Empat raja
di Jawa Tengah (Mangkunegaran, Kasunanan Surakarta, Kasultanan, dan Paku Alaman
Yogyakarta) menyatakan dukungan mereka kepada Republik Indonesia pada awal
September 1945.
Dukungan yang sangat penting
ditunjukkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dari Kasultanan Yogyakarta yang
nampak dalam pernyataannya tanggal 5 September 1945. Dalam pernyataan tersebut
Sri Sultan Hamengku Buwono IX menegaskan bahwa Negeri Ngayogyokarto Hadiningrat
yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negara Republik Indonesia.
Pernyataan tersebut merupakan suatu keputusan yang cukup berani dan bijak di
dalam negara kerajaan yang berdaulat. Sesuai dengan konsep negara kesatuan yang
dianut Indonesia, tidak akan ada negara di dalam negara. Kalau hal tersebut
terjadi akan memudahkan bangsa asing mengadu domba. Dukungan terhadap negara
kesatuan dan pemerintah Republik Indonesia juga datang dari rakyat dan pemuda.
Berikut ini beberapa peristiwa sebagai wujud dukungan rakyat secara spontan
terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
a.
Sulawesi
Selatan
Pada tanggal 19 Agustus 1945,
rombongan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi, mendarat di Sapiria, Bulukumba.
Setelah sampai di Ujungpandang, gubernur segera membentuk pemerintahan daerah.
Mr. Andi Zainal Abidin diangkat sebagai Sekretaris Daerah. Tindakan gubernur
oleh para pemuda dianggap terlalu berhatihati, kemudian para pemuda
mengorganisasi diri dan merencanakan merebut gedung-gedung vital seperti studio
radio dan tangsi polisi. Kelompok pemuda tersebut terdiri dari kelompok Barisan
Berani Mati (Bo-ei Taishin), bekas kaigun heiho dan pelajar SMP. Pada tanggal
28 Oktober 1945 mereka bergerak menuju sasaran. Akibat peristiwa tersebut,
pasukan Australia yang telah ada bergerak dan melucuti mereka. Sejak peristiwa
tersebut gerakan pemuda dipindahkan dari Ujungpandang ke Polombangkeng.
b.
Di Bali
Para pemuda Bali telah membentuk
berbagai organisasi pemuda, seperti AMI, Pemuda Republik Indonesia (PRI) pada
akhir Agustus 1945. Mereka berusaha untuk menegakkan Republik Indonesia melalui
perundingan tetapi mendapat hambatan dari pasukan Jepang. Pada tanggal 13
Desember 1945 mereka melakukan gerakan serentak untuk merebut kekuasaan dari
tangan Jepang, meskipun gerakan ini gagal.
c.
Gorontalo
Pada tanggal 13 September 1945 di
Gorontalo terjadi perebutan senjata terhadap markas-markas Jepang. Kedaulatan
Republik Indonesia berhasil ditegakkan dan para pemimpin Republik menolak
ajakan untuk berunding dengan pasukan pendudukan Australia.
d.
Rapat
Raksasa di Lapangan Ikada
Rapat Raksasa dilaksanakan di
Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) tanggal 19 September 1945. Sekitar
200.000 orang hadir dalam pertemuan tersebut. Pada peristiwa ini, kekuatan
Jepang, termasuk tank-tank, berjaga-jaga dengan mengelilingi rapat umum
tersebut. Rapat Ikada dihadiri oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden
Mohammad Hatta serta sejumlah menteri. Untuk menghindari terjadinya pertumpahan
darah, Presiden Soekarno menyampaikan pidato yang intinya berisi permintaan
agar rakyat memberi kepercayaan dan dukungan kepada pemerintah RI, mematuhi
perintahnya dan tunduk kepada disiplin. Setelah itu Presiden Soekarno meminta
rakyat yang hadir bubar dan tenang.
e.
Terjadinya
Insiden Bendera di Hotel
Yamat amat amato, o, Sur Suraba aba
abaya Insiden ini terjadi pada tanggal 19 September 1945, ketika orang-orang
Belanda bekas tawanan Jepang menduduki Hotel Yamato, dengan dibantu
segerombolan pasukan Serikat. Orang-orang Belanda tersebut mengibarkan bendera
mereka di puncak Hotel Yamato. Hal tersebut memancing kemarahan para pemuda.
Hotel tersebut diserbu para pemuda, setelah permintaan Residen Sudirman untuk
menurunkan bendera Belanda ditolak penghuni hotel. Bentrokan tidak dapat
dihindarkan. Beberapa pemuda berhasil memanjat atap hotel serta menurunkan
bendera Belanda yang berkibar di atasnya. Mereka merobek warna birunya dan
mengibarkan kembali sebagai Merah Putih.
f.
Di
Yogyakarta
Di Yogyakarta perebutan kekuasaan
secara serentak dimulai tanggal 26 September 1945. Sejak pukul 10 pagi semua
pegawai instansi pemerintah dan perusahaan yang dikuasai Jepang melaksanakan
aksi mogok. Mereka memaksa agar orang-orang Jepang menyerahkan aset dan
kantornya kepada orang Indonesia. Tanggal 27 September 1945 Komite Nasional
Indonesia Daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan di daerah tersebut
telah berada di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada hari itu juga di Yogyakarta
diterbitkan surat kabar Kedaulatan Rakyat.
g.
Sumatra
Selatan
Dukungan dan perebutan kekuasaan
terjadi di Sumatra Selatan pada tanggal 8 Oktober 1945, ketika Residen Sumatra
Selatan dr. A.K. Gani bersama seluruh pegawai Gunseibu dalam suatu upacara
menaikkan bendera Merah Putih. Setelah upacara selesai, para pegawai kembali ke
kantornya masing-masing. Pada hari itu juga diumumkan bahwa di seluruh
Karesidenan Palembang hanya ada satu kekuasaan yakni kekuasaan Republik
Indonesia. Perebutan kekuasaan di Palembang berlangsung tanpa insiden, sebab
orang-orang Jepang telah menghindar ketika terjadi demonstrasi.
h.
Pertempuran
Lima Hari di Semarang
Peristiwa ini terjadi di Semarang
pada tanggal 15 - 20 Oktober 1945. Peristiwa itu berawal ketika 400 orang
veteran AL Jepang yang akan dipekerjakan untuk mengubah pabrik gula Cepiring
menjadi pabrik senjata memberontak ketika akan dipindahkan ke Semarang.
Tawanan-tawanan tersebut menyerang polisi Indonesia yang mengawal mereka.
Situasi bertambah hangat dengan meluasnya desas-desus bahwa cadangan air minum
di desa Candi telah diracuni. Dr. Karyadi yang meneliti cadangan air minum
tersebut meninggal ditembak oleh Jepang. Pertempuran mulai pecah dini hari
tanggal 15 Oktober 1945 di Simpang Lima. Pertempuran berlangsung lima hari dan
baru berhenti setelah pimpinan TKR berunding dengan pimpinan pasukan Jepang.
Usaha perdamaian dipercepat dengan mendaratnya pasukan Sekutu di Semarang pada
tanggal 20 Oktober 1945 yang kemudian menawan dan melucuti senjata tentara
Jepang. Untuk mengenang keberanian
para pemuda Semarang dalam pertempuran tersebut, maka dibangunlah Tugu Muda
yang terletak di kawasan Simpang Lima, Semarang.
i.
Di Bandung
Pertempuran diawali dengan usaha
para pemuda untuk merebut pangkalan Udara Andir dan pabrik senjata bekas ACW
(Artillerie Constructie Winkel, sekarang Pindad). Usaha tersebut berlangsung
sampai datangnya pasukan Sekutu di Bandung tanggal 17 Oktober 1945.
j.
Kalimantan
Di beberapa kota di Kalimantan mulai
timbul gerakan yang mendukung proklamasi. Akibatnya tentara Australia yang
sudah mendarat atas nama Sekutu mengeluarkan ultimatum melarang semua aktivitas
politik, seperti demonstrasi dan mengibarkan bendera Merah Putih, memakai
lencana Merah Putih dan mengadakan rapat. Namun kaum nasionalis tidak
menghiraukannya. Di Balikpapan tanggal 14 November 1945, tidak kurang 8.000
orang berkumpul di depan komplek NICA sambil membawa bendera Merah Putih.
k.
Sulawesi
Utara
Usaha menegakkan kedaulatan di
Sulawesi Utara tidak padam, meskipun tentara NICA telah menguasai wilayah
tersebut. Pada tanggal 14 Februari 1946, para pemuda Indonesia anggota KNIL
tergabung dalam Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) mengadakan gerakan di Tangsi
Putih dan Tangsi Hitam di Teling, Manado. Mereka membebaskan tawanan yang
mendukung Republik Indonesia antara lain Taulu, Wuisan, Sumanti, G.A. Maengkom,
Kusno Dhanupojo, dan G.E. Duhan. Di sisi lain mereka juga menahan Komandan
Garnisun Manado dan semua pasukan Belanda di Teling dan penjara Manado. Dengan
diawali peristiwa tersebut para pemuda menguasai markas Belanda di Tomohon dan
Tondano. Berita tentang perebutan kekuasaan tersebut dikirim ke pemerintah
pusat yang saat itu di Yogyakarta dan mengeluarkan Maklumat No. 1 yang ditandatangani
oleh Ch.Ch. Taulu. Pemerintah sipil dibentuk tanggal 16 Februari 1946 dan
sebagai residen dipilih B.W. Lapian.
BAB II
KESIMPULAN
Jepang menyerah tanpa syarat kepada
sekutu pada Perang Dunia II setelah kota Hirosima dan Nagasaki dibom atom oleh
Amerika Serikat. Keadaan ini menimbulkan kekosongan kekuasaan di Indonesia.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh para pemuda untuk melakukan persiapan
kemrdekaan. Namun terjadi perbedaan pendapat antara golingan muda dengan
golongan tua mengenai waktu proklamasi kemerdekaan sehingga menyebabkan terjadi
rengasdengklok.
Setelah melalui penjagaan tentara
jepang yang ketat, proklamasi kemerdekaan berhasil dirumuskan. Keesokan harinya
pada tanggal 17 Agustus 1945, proklamasi kemerdekaan dibacakan oleh soekarno
Hatta mewakili seluruh bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan ini mempunyai
makna yang mendalam bagi bangsa Indonesia karena akhirnya bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang bebas dari penjajahan bangsa asing dan berhak menentukan
nasibnya sendiri secara mandiri.
Berita proklamasi kemerdekaan
Indonesia tersebar dengan cepat kehampir pelosok nusantara melalui selebaran
ataupun siaran radio yang disiarkan kedalam dan luar negri. Proklamasi
kemerdekaan ini disambut antusias seluruh rakyat Indonesia. Berbagai dukungan
diberikan berbagai kalangan melaui rapat raksasa dilpangan ikada dan pernyataan
Sri Sultan Hamengkubuono IX, serta daerah –daerah diseluruh Indonesia. Segera
setelah Indonesia merdeka diikuti oleh tindakan – tindakan heroic diberbagai
kota di Indonesia berupa pelucutan kekuasaan jepang, perampasan senjata, dan
perebutan sarana – sarana vital yang dimiliki bangsa asing.
Langjah berikutnya adalah menyusun
dan membentuk kelngkapan – kelengkapan Negara, antara lain mengesahkan dan
menetapkan konstitusi, memilih presiden beserta wakil presiden, membentuk
komite nasional Indonesia pusat dan daerah. Hal ini dilakukan agar roda
pemerintahan bisa berjalan layaknya pemerintahan Negara – Negara lain. Sejak
saat itu Negara Indonesia lahir.
DAFTAR PUSTAKA
1 komentar:
Terimakasih! Sangat berguna! Saya izin mencontoh untuk tugas saya
Posting Komentar